Ada enam fakta yang sangat penting yang perlu kita tahu :
1. Semua orang telah berbuat dosa (Roma 3:23)
Tidak ada manusia yang terlahir ke dunia dan bebas dari dosa (kecuali Yesus). Semua orang mewarisi keadaan dan benih dari Adam yaitu benih dosa. Itulah sebabnya tabiat manusia adalah cenderung untuk selalu berbuat dosa....,
2. Upah dosa ialah maut (Roma 6:23)
Upah maksudnya adalah akibat/hukuman yang akan diterima karena dosa, yaitu maut. Maut disini bukan sekedar kematian secara fisik. Maut disini berbicara tentang sesuatu yang lebih mengerikan daripada kematian fisik. Yaitu terpisahnya manusia dengan Allah dan akan menerima hukuman kekal di neraka.
3. Kristus telah mati untuk membayar hukuman (Roma 3:25; 1 Pet 3:18)
Allah dalam kasihNya di dalam Yesus Kristus telah turun dalam rupa manusia. Dan mati diatas kayu salib, untuk menggantikan hukuman atas dosa manusia.
4. Harus menerima Kristus (Yoh 1:12; Roma 10:9-10)
Namun pengampunan Allah tidak terjadi secara otomatis. Untuk menerima keselamatan dari dosa membutuhkan respon dari kita. Allah mau kita meresponi tawaranNya ini. Yaitu dengan percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi.
5. Keselamatan adalah anugerah (Efesus 2:8)
Kita tidak dapat diampuni dan diselamatkan dengan perbuatan baik, amal, ibadah, agama. Artinya keselamatan adalah anugerah (pemberian) Allah yang harus kita terima dengan iman, bukan hasil usaha baik kita.
6. Keselamatan adalah pasti (1 Yoh 5:13; Roma 5:10)
Jika kita sudah sungguh-sungguh di dalam Kristus, maka keselamatan (hidup yg kekal di sorga) adalah hal yang pasti. (Bukan semoga atau mudah-mudahan).
Bagaimana dengan anda?.. sudahkah memastikan bahwa jika sewaktu-waktu anda mengakhiri hidup di dunia ini, anda pasti akan berada bersama Allah di surga?.. Jawaban hanya ada di dalam Kristus..!!! GBU. .JSP.>
KEJADIANKU DAHSYAT
Baca: Mazmur 139:7-16
Aku bersyukur kepada-Mu, karena kejadianku dahsyat dan ajaib. —Mazmur 139:14
Suatu cuplikan percakapan di dalam buku karya George MacDonald yang berjudul David Elginbrod dapat dimengerti oleh orangorang yang kadang bertanya-tanya mengapa Allah menciptakan mereka sebagaimana keadaan mereka saat ini dan berharap bahwa mereka dapat menjadi orang lain.
Lady Emily berkata: "Aku berharap aku adalah kamu, Margaret."
Margaret menjawab: "Tuan putri, jika aku adalah Anda, aku lebih memilih menjadi apa yang Allah rancangkan untukku ini daripada menjadi makhluk terindah yang dapat aku bayangkan. Karena sebagai buah pikiran Allah—dilahirkan dari rancangan Allah—dan kemudian diciptakan oleh Allah, adalah hal yang paling indah, mulia, dan berharga yang pernah terpikir olehku."
MacDonald mungkin menulis ini sambil teringat akan Mazmur 139:17: "Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah." Dalam mazmur ini, Daud sedang membayangkan tentang penciptaannya dan dengan rinci menggambarkan pikiran-pikiran Allah ketika Dia menenunnya di dalam kandungan ibunya, menciptakan seorang individu yang unik dan khusus untuk menjadi obyek kasih-Nya.
Sungguh suatu pikiran yang melegakan ketika mengetahui bahwa kita diciptakan bukan sebagai suatu kesalahan fatal, tetapi merupakan ciptaan yang sangat khusus, "lahir dari rancangan Allah." Daud dapat berdiri di depan cermin dan berkata dengan jujur dan rendah hati: "Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kau buat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya" (ay.14).
Anda adalah karya orisinal Sang Perancang Agung! Oleh karena itu, Anda itu indah, mulia, dan berharga di mata Allah. —DHR
Dari segala ciptaan yang luar biasa,
Tak ada yang lebih berharga daripada manusia;
Serupa dengan gambar Allah, manusia diciptakan
Sesuai dengan rencana agung-Nya. —D. De Haan
Anda tidak ada duanya—diciptakan untuk memuliakan Allah dengan keistimewaan yang hanya dimiliki oleh Anda.
Dikutip dari:
Santapan Harian 18/01/2009
Aku bersyukur kepada-Mu, karena kejadianku dahsyat dan ajaib. —Mazmur 139:14
Suatu cuplikan percakapan di dalam buku karya George MacDonald yang berjudul David Elginbrod dapat dimengerti oleh orangorang yang kadang bertanya-tanya mengapa Allah menciptakan mereka sebagaimana keadaan mereka saat ini dan berharap bahwa mereka dapat menjadi orang lain.
Lady Emily berkata: "Aku berharap aku adalah kamu, Margaret."
Margaret menjawab: "Tuan putri, jika aku adalah Anda, aku lebih memilih menjadi apa yang Allah rancangkan untukku ini daripada menjadi makhluk terindah yang dapat aku bayangkan. Karena sebagai buah pikiran Allah—dilahirkan dari rancangan Allah—dan kemudian diciptakan oleh Allah, adalah hal yang paling indah, mulia, dan berharga yang pernah terpikir olehku."
MacDonald mungkin menulis ini sambil teringat akan Mazmur 139:17: "Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah." Dalam mazmur ini, Daud sedang membayangkan tentang penciptaannya dan dengan rinci menggambarkan pikiran-pikiran Allah ketika Dia menenunnya di dalam kandungan ibunya, menciptakan seorang individu yang unik dan khusus untuk menjadi obyek kasih-Nya.
Sungguh suatu pikiran yang melegakan ketika mengetahui bahwa kita diciptakan bukan sebagai suatu kesalahan fatal, tetapi merupakan ciptaan yang sangat khusus, "lahir dari rancangan Allah." Daud dapat berdiri di depan cermin dan berkata dengan jujur dan rendah hati: "Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kau buat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya" (ay.14).
Anda adalah karya orisinal Sang Perancang Agung! Oleh karena itu, Anda itu indah, mulia, dan berharga di mata Allah. —DHR
Dari segala ciptaan yang luar biasa,
Tak ada yang lebih berharga daripada manusia;
Serupa dengan gambar Allah, manusia diciptakan
Sesuai dengan rencana agung-Nya. —D. De Haan
Anda tidak ada duanya—diciptakan untuk memuliakan Allah dengan keistimewaan yang hanya dimiliki oleh Anda.
Dikutip dari:
Santapan Harian 18/01/2009
DOA YANG BENAR
Jika kita bicara mengenai doa yang benar, itu berarti ada doa yang tidak benar. Memang demikian adanya. Pernyataan akan adanya doa yang benar dan salah ditegaskan oleh Alkitab itu sendiri.
Alkitab menegaskan bahwa ada orang yang tidak menerima apa-apa karena tidak berdoa. Namun, ada juga orang yang meskipun berdoa tetapi tetap tidak memperoleh apa-apa (Yak.4:2).
Barangkali ada yang bertanya: “Apa alasannya? Bukankah kita mendengar bahwa setiap doa pasti dikabulkan Tuhan?” Ternyata tidak. Mari kita perhatikan penegasan Alkitab berikut: “Atau kamu berdoa juga, tetapi tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa” (Yak.4:3).
“Salah berdoa? Di mana letak kesalahannya?”, demikian tanya seseorang sambil penasaran. Untuk itu, Alkitab melanjutkan memberi jawaban yang tegas dan lugas: “... sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu” (4:3).
Doa yang Sia-sia dan yang Berkuasa
Seperti apakah doa yang muncul dari hawa nafsu? Sebenarnya, kita dapat mengambil banyak contoh konkret, tapi cukuplah saya menulis kisah nyata berikut.
Dalam sebuah ibadah penghiburan, seorang yang sedang menyampaikan khotbah merasa terganggu dengan keributan suara orang-orang yang tidak mendengar khotbahnya. Sungkan menegur secara langsung, dia pun tiba-tiba mengajak jemaat untuk berdoa. Dengan nada yang cukup tinggi dan mencerminkan kemarahan, orang tersebut pun berdoa: “Tuhan Yesus, Engkau mengetahui ibadah perkabungan yang sedang berlangsung. Namun kami mengalami kesulitan mendengarkan Firman-Mu. Oleh karena itu, tutuplah mulut orang-orang yang ribut di sekitar kami...”
Kita dapat membayangkan reaksi negatif yang terjadi akibat doa seperti itu. Saya kira, kita dapat menemukan doa sejenis itu yang keluar dari emosi dan hawa nafsu. Atau mendengar doa yang menggurui Tuhan atau menjadikan diri sendiri seolah-olah Tuhan dan Tuhan menjadi budak atau pesuruh. Akibatnya, doa seperti itu tidak menghasilkan apa-apa, walaupun disampaikan dengan mulut sampai berbusa.
Sesungguhnya, orang seperti itu tidak sedang berdoa, melainkan hanya melampiaskan emosinya dan berkata-kata dengan mata yang tertutup seolah-olah berdoa!
Jika ternyata banyak hal seperti itu yang dialami oleh anggota jemaat, wajarlah jika kemudian mereka itu meremehkan doa. Doa dianggap hanya sekadar pelarian dari tindakan dan tanggung jawab nyata, yang dibungkus dengan jubah keagamaan.
Penilaian negatif tersebut di atas, tidak sepenuhnya salah. Karena sebagaimana telah kita sebutkan, memang ada doa yang salah, yang merupakan pelampiasan kemarahan. Namun di pihak lain, rasul Yakobus juga menandaskan adanya doa yang benar, yang sungguh sangat berkuasa mengubah segala sesuatu sesuai kehendakNya: “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya” (5:16).
Untuk meyakinkan pembacanya, termasuk kita akan kuasa doa tersebut, rasul Yakobus menyebut kisah nyata yang dialami Nabi Elia ketika dia berdoa untuk meminta hujan di musim kering (1Raja2 17). “Nabi Elia? Ah, tentu saja. Dia adalah seorang nabi. Tentu saja doanya berkuasa. Sedangkan saya?”, barangkali itu respons pembaca. Namun demikian, menarik sekali mengamati bahwa bukan status kenabian Elia yang ditonjolkan yang membuat doanya sedemikian berkuasa.
Kelihatannya rasul Yakobus telah mengantisipasi respons kita tersebut. Oleh karena itu, dia menulis dua hal penting. Pertama, Elia adalah manusia biasa. Kedua, dia sama seperti kita. Namun demikian, sebagai manusia biasa, kita diminta untuk memiliki hidup yang benar, serta berdoa dengan yakin dan bersungguh-sungguh.
Dengan perkataan lain, pendoa yang benar itu memiliki relasi yang baik dan hidup dengan Sang Pencipta, yaitu Dia yang menjawab dan mengabulkan doa tersebut. Seorang teolog yang bernama Franc Laubach pernah mendefinisikan doa dengan cara yang menarik. “Doa adalah dialog dari dua pribadi yang saling mengasihi. Di dalamnya ada seni mendengar dan berbicara. Yang penting bagiku adalah mendengar”.
Sungguh merupakan sebuah definisi doa yang indah. Jika di dalam doa kita mendengar Allah, tentu kita akan meminta sesuatu yang sesuai dengan kehendak-Nya. Akibatnya, doa tersebut akan sangat berkuasa.
Seorang misionaris di India mengisahkan bahwa dia terkesan dengan anak-anak Sekolah Minggu yang mengimani sabda Yesus tentang doa yang memindahkan gunung. Sebab mereka tinggal di lembah yang dikelilingi pebukitan. mereka tidak dapat menikmati sinar matahari. Itulah sebabnya mereka terus berdoa agar gunung tersebut pindah. Apa yang terjadi? Ternyata, gunung itu memang “pindah”. Hal itu terjadi karena pemerintah India menimbun sebuah lembah dengan tanah yang diambil dari gunung tempat anak-anak tersebut!
Kiranya banyak perkara besar akan terjadi dalam diri, keluarga, pelayanan, dan pekerjaan kita. Bukan itu saja. Kiranya banyak perkara besar dan ajaib dapat terjadi dalam kehidupan bangsa kita yang sedang menghadapi masalah yang sangat kompleks ini karena kita semua berdoa dengan benar.
Dikutip dari:
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0611/18/opi04.html
oleh Pdt Mangapul Sagala
Alkitab menegaskan bahwa ada orang yang tidak menerima apa-apa karena tidak berdoa. Namun, ada juga orang yang meskipun berdoa tetapi tetap tidak memperoleh apa-apa (Yak.4:2).
Barangkali ada yang bertanya: “Apa alasannya? Bukankah kita mendengar bahwa setiap doa pasti dikabulkan Tuhan?” Ternyata tidak. Mari kita perhatikan penegasan Alkitab berikut: “Atau kamu berdoa juga, tetapi tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa” (Yak.4:3).
“Salah berdoa? Di mana letak kesalahannya?”, demikian tanya seseorang sambil penasaran. Untuk itu, Alkitab melanjutkan memberi jawaban yang tegas dan lugas: “... sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu” (4:3).
Doa yang Sia-sia dan yang Berkuasa
Seperti apakah doa yang muncul dari hawa nafsu? Sebenarnya, kita dapat mengambil banyak contoh konkret, tapi cukuplah saya menulis kisah nyata berikut.
Dalam sebuah ibadah penghiburan, seorang yang sedang menyampaikan khotbah merasa terganggu dengan keributan suara orang-orang yang tidak mendengar khotbahnya. Sungkan menegur secara langsung, dia pun tiba-tiba mengajak jemaat untuk berdoa. Dengan nada yang cukup tinggi dan mencerminkan kemarahan, orang tersebut pun berdoa: “Tuhan Yesus, Engkau mengetahui ibadah perkabungan yang sedang berlangsung. Namun kami mengalami kesulitan mendengarkan Firman-Mu. Oleh karena itu, tutuplah mulut orang-orang yang ribut di sekitar kami...”
Kita dapat membayangkan reaksi negatif yang terjadi akibat doa seperti itu. Saya kira, kita dapat menemukan doa sejenis itu yang keluar dari emosi dan hawa nafsu. Atau mendengar doa yang menggurui Tuhan atau menjadikan diri sendiri seolah-olah Tuhan dan Tuhan menjadi budak atau pesuruh. Akibatnya, doa seperti itu tidak menghasilkan apa-apa, walaupun disampaikan dengan mulut sampai berbusa.
Sesungguhnya, orang seperti itu tidak sedang berdoa, melainkan hanya melampiaskan emosinya dan berkata-kata dengan mata yang tertutup seolah-olah berdoa!
Jika ternyata banyak hal seperti itu yang dialami oleh anggota jemaat, wajarlah jika kemudian mereka itu meremehkan doa. Doa dianggap hanya sekadar pelarian dari tindakan dan tanggung jawab nyata, yang dibungkus dengan jubah keagamaan.
Penilaian negatif tersebut di atas, tidak sepenuhnya salah. Karena sebagaimana telah kita sebutkan, memang ada doa yang salah, yang merupakan pelampiasan kemarahan. Namun di pihak lain, rasul Yakobus juga menandaskan adanya doa yang benar, yang sungguh sangat berkuasa mengubah segala sesuatu sesuai kehendakNya: “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya” (5:16).
Untuk meyakinkan pembacanya, termasuk kita akan kuasa doa tersebut, rasul Yakobus menyebut kisah nyata yang dialami Nabi Elia ketika dia berdoa untuk meminta hujan di musim kering (1Raja2 17). “Nabi Elia? Ah, tentu saja. Dia adalah seorang nabi. Tentu saja doanya berkuasa. Sedangkan saya?”, barangkali itu respons pembaca. Namun demikian, menarik sekali mengamati bahwa bukan status kenabian Elia yang ditonjolkan yang membuat doanya sedemikian berkuasa.
Kelihatannya rasul Yakobus telah mengantisipasi respons kita tersebut. Oleh karena itu, dia menulis dua hal penting. Pertama, Elia adalah manusia biasa. Kedua, dia sama seperti kita. Namun demikian, sebagai manusia biasa, kita diminta untuk memiliki hidup yang benar, serta berdoa dengan yakin dan bersungguh-sungguh.
Dengan perkataan lain, pendoa yang benar itu memiliki relasi yang baik dan hidup dengan Sang Pencipta, yaitu Dia yang menjawab dan mengabulkan doa tersebut. Seorang teolog yang bernama Franc Laubach pernah mendefinisikan doa dengan cara yang menarik. “Doa adalah dialog dari dua pribadi yang saling mengasihi. Di dalamnya ada seni mendengar dan berbicara. Yang penting bagiku adalah mendengar”.
Sungguh merupakan sebuah definisi doa yang indah. Jika di dalam doa kita mendengar Allah, tentu kita akan meminta sesuatu yang sesuai dengan kehendak-Nya. Akibatnya, doa tersebut akan sangat berkuasa.
Seorang misionaris di India mengisahkan bahwa dia terkesan dengan anak-anak Sekolah Minggu yang mengimani sabda Yesus tentang doa yang memindahkan gunung. Sebab mereka tinggal di lembah yang dikelilingi pebukitan. mereka tidak dapat menikmati sinar matahari. Itulah sebabnya mereka terus berdoa agar gunung tersebut pindah. Apa yang terjadi? Ternyata, gunung itu memang “pindah”. Hal itu terjadi karena pemerintah India menimbun sebuah lembah dengan tanah yang diambil dari gunung tempat anak-anak tersebut!
Kiranya banyak perkara besar akan terjadi dalam diri, keluarga, pelayanan, dan pekerjaan kita. Bukan itu saja. Kiranya banyak perkara besar dan ajaib dapat terjadi dalam kehidupan bangsa kita yang sedang menghadapi masalah yang sangat kompleks ini karena kita semua berdoa dengan benar.
Dikutip dari:
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0611/18/opi04.html
oleh Pdt Mangapul Sagala
Langganan:
Postingan (Atom)
Foto Kegiatan


Ibadah Di Kodama-Saitama , tempat Mas Nuel & Topo
GABUNG YUKKKK...!!!!!
Buat teman-teman kenshusei Nasrani wilayah Gunma,
Gabung yuk di persekutuan ini, kita berfellowship bersama 'n bertumbuh dalam iman.....
Hubungi koordinator, ataw email ke surisu_simbah2@yahoo.com untuk informasi.